मंफात puasa

Jumat, 05 Agustus 2011

- Apa sih pengaruh puasa terhadap kesehatan manusia? Fakta ilmiah membahasnya

Kemarin ada teman yang bilang kalau
“Puasa berarti mengistirahatkan saluran pencernaan (usus) beserta enzim dan hormon yang biasanya bekerja untuk mencerna makanan terus menerus selama kurang lebih 18 jam. Dengan berpuasa organ vital ini dapat istirahat selama 14 jam.”

Pertanyaan kritis seorang teman saya mengatakan, apa iya? Emangnya enzim, hormon, sistem pencernaan butuh istirahat gitu? Apakah mereka tidak kuat sehingga harus istirahat?

Oke, begini saja, mari kita periksa saja fakta ilmiah dibalik puasa

Berpuasa menyebabkan ketidaknyamanan dan masalah-masalah yang tidak perlu ada bagi orang yang menderita sakit
Tidak ada perbedaan residu usus dan perubahan metabolis antara orang yang berpuasa dalam waktu singkat (hanya 2 jam) atau dalam waktu panjang (lebih dari 2 jam)
Puasa dapat merendahkan kadar kolesterol LDL dan berkurangnya rasa takut (anxiety). Semuanya bersifat baik bagi kesehatan.
Walau begitu, kadar kolesterol jahat (LDL) justru meningkat sedikit pada orang yang berpuasa bila ia masih anak-anak. Sementara itu tidak ada perbedaan kadar kolesterol baik (HDL) dan TC pada anak yang berpuasa dengan anak yang tidak berpuasa. Dikatakan berpuasa di sini artinya tidak mengkonsumsi apapun selama 8 jam atau lebih.
Puasa dapat menghilangkan jaringan lemak berlebih karena rendahnya nilai karbohidrat memaksa tubuh untuk memakai lemak untuk bahan bakar.
Orang yang habis mengalami kecelakaan di bagian tulang belakang sebaiknya berpuasa untuk mempercepat penyembuhan
Orang yang berpuasa mengalami kekurang insulin dan peningkatan Foxa2. Hal ini karena saat seseorang makan, sel beta di pankreas mengeluarkan insulin untuk memblokade Foxa2. Foxa2 sendiri adalah pembakar lemak, pembakar gula dan pemberi motivasi melakukan kegiatan fisik. Artinya, dengan berpuasa, tubuh dapat membakar lemak dan gula dengan baik dan dapat melakukan kegiatan fisik yang lebih baik, sejauh tidak dalam kondisi lapar.
Puasa mengaktivasi Sirt1 dan memperpanjang umur manusia. Hal ini karena Sirt1 adalah enzim kunci di otak yang mengendalikan asupan makanan. Walau begitu, efek yang sama juga dihasilkan dari meminum anggur (wine).
Pada saat berpuasa, aktivitas Sirt3 di tubuh juga meningkat. Aktivitas ini berguna menjaga keseimbangan energi tubuh. Sama halnya dengan aktivitas lainnya, aktivitas Sirt3 juga membuat lemak di konsumsi oleh tubuh dan orang menjadi lebih kurus.
Puasa di bulan Ramadan meningkatkan resiko terkena stroke.
Berpuasa dapat membuat penyakit mata bertambah parah, jika anda menganggap meneteskan obat tetes mata ke mata anda dapat membatalkan puasa
Saat berpuasa, tubuh mengeluarkan zat bernama ghrelin ke saluran darah. Zat ini membuat orang akan menghabiskan banyak waktu di ruang makan untuk mengkonsumsi makanan berlemak. Dengan kata lain, bila anda berpuasa, anda dapat malas melakukan ibadah sholat magrib, karena anda secara alami akan lama berada di ruang makan, tentunya untuk berbuka puasa.
Kalau anda senang berpuasa, kemungkinan besar anda juga senang makan secara berlebihan. Orang yang tidak berpuasa, cenderung makan dalam takaran yang tidak banyak berubah.
Rajin berpuasa dapat memperpanjang usia reproduksi.
Berpuasa dapat meningkatkan resiko mendapatkan atau memperparah diabetes karena kurangnya insulin dan juga kurangnya protein.
Saat berpuasa, hati mengeluarkan glikogen yang berfungsi sebagai pemasok gula darah saat tidak ada makanan
Orang yang menderita penyakit keturunan hepatic porphyria sebaiknya jangan berpuasa. Puasa dapat membuat penyakit ini kambuh. Saat penyakit ini kambuh, anda mengalami kegilaan.
Puasa dapat meningkatkan kadar adenosine monophosphate-activated protein kinase (AMPK). AMPK berfungsi untuk metabolisme asam lemak. Hal ini tentu berarti puasa menjaga agar tubuh tidak gemuk. Sama seperti diet.
Berpuasa menurunkan resiko terkena serangan jantung.
Sebagian besar jaringan tubuh kita merespon puasa dengan mengubah sumber energi kaya oktana nya – glukosa – menjadi pembakaran oktana rendah, yaitu lemak. Bagi otak, hanya bahan bakar berkinerja tinggi yang dapat berlaku. Bila tidak ada glukosa dari makanan, karena berpuasa, maka tubuh harus membuat sendiri pasokannya untuk otak. Hal ini dilakukan dengan mengambil energi dari otot dalam bentuk protein dan mengubahnya menjadi glukosa di hati. Proses ini disebut glukoneogenesis. Gula ini kemudian dikirim ke otak lewat pembuluh darah agar otak tetap sehat.
Puasa menurunkan resiko terkena penyakit Huntington, sebuah penyakit syaraf yang berbahaya.
Perubahan panjang waktu puasa dapat menambah resiko penyakit hati. Sejauh puasa dilakukan dalam waktu yang sama panjang, hal ini tidak beresiko. Walau begitu, dua gelas anggur sehari dapat menetralisir resiko penyakit hati.
Puasa terus menerus selama dua hari dapat menurunkan resiko terkena zat kimia berbahaya saat berada di daerah kimiawi

Yup, begitu saja hal baru yang kita temukan mengenai berpuasa dan dampak kesehatan selama 15 tahun terakhir.

Jadi, apakah klaim kalau “puasa dapat mengistirahatkan pencernaan” adalah benar? Sama sekali tidak. Dari fakta-fakta di atas, justru aktivitas tubuh, terutama di jaringan, bertambah giat. Hati memproduksi glukosa, padahal kalau tidak puasa, ia bisa beristirahat. Otak meminta glukosa terus menerus dari hati. Dan sebagian penyakit dapat muncul karena berpuasa.

Tapi secara umum, puasa memang baik. Jadi faktailmiah setuju dengan kegiatan puasa di bulan Ramadan. Walau begitu, bila kita bicara masalah sosial atau ketuhanan, di sini bukan tempatnya. Bila anda merasa membangunkan orang tengah malam dengan berteriak nyaring, seolah semua orang yang mendengar teriakan anda adalah muslim, atau membawa pentungan memaksa warung nasi tutup di siang hari seolah anda menghormati toleransi antar umat beragama. Oh, please.

Referensi

American Academy of Neurology (2008, April 16). Prolonged Fasting Increases Risk Of Rare Type Of Stroke, Study Suggests. ScienceDaily. Retrieved August 11, 2010, from http://www.sciencedaily.com­ /releases/2008/04/080415130732.htm
Coppola et al.: “A Central Thermogenic-like Mechanism in Feeding Regulation: An Interplay between Arcuate Nucleus T3 and UCP2.” Publishing in Cell Metabolism 5, 21–33, January 2007
Gray et al.: “Regulation of Gluconeogenesis by Krüppel-like Factor 15.” Cell Metabolism 5, 305–312, April 2007.
Han X, Cheng H, Mancuso DJ, Gross RW. Caloric restriction results in phospholipid depletion, membrane remodeling, and triacylgycerol accumulation in murine myocardium. Biochemistry, 2004
Handschin et al.: “Nutritional Regulation of Hepatic Heme Biosynthesis and Porphyria through PGC-1a” Publishing in Cell, Vol. 122, pages 505-515, August 26, 2005
Hirschey et al. SIRT3 regulates mitochondrial fatty-acid oxidation by reversible enzyme deacetylation. Nature, 2010; 464 (7285): 121
Jedrzej Pawel Bialkowski, Ahmad Etebari, Tomasz Piotr Wisniewski. Piety and Profits: Stock Market Anomaly During the Muslim Holy Month. Finance and Corporate Governance Conference 2010 Paper, 2010
Mario Perello, Ichiro Sakata, Shari Birnbaum, Jen-Chieh Chuang, Sherri Osborne-Lawrence, Sherry A. Rovinsky, Jakub Woloszyn, Masashi Yanagisawa, Michael Lutter, Jeffrey M. Zigman. Ghrelin Increases the Rewarding Value of High-Fat Diet in an Orexin-Dependent Manner. Biological Psychiatry, 2009
Silva JP, von Meyenn F, Howell J, Thorens B, Wolfrum C, Stoffel M. Regulation of adaptive behaviour during fasting by hypothalamic Foxa2. Nature, 2009; 462 (7273): 646
Yurtcu M, Gunel E, Sahin TK, Sivrikaya A. Effects of fasting and preoperative feeding in children. World Journal of Gastroenterology, 2009; 15 (39): 4919

0 komentar:

Posting Komentar