KONFLIK SOSIAL

Senin, 03 Oktober 2011




Transisi besar-besaran di Jakarta, seperti perubahan daerah permukiman menjadi daerah perekonomian, kian tak terkendali. Hal ini ditengarai menjadi pemicu konflik sosial. Salah satunya adalah dalam bentuk tawuran.

Hal itu disampaikan peng­amat sosial dari Universitas Indonesia (UI) Bambang Shergi Lak­s­mono, berkaitan seringnya ter­jadi aksi tawuran antar warga di Jakarta. Termasuk dalam bebe­rapa hari terakhir.

Tidak terkendalinya perubah­an kawasan permukiman ini, kata Bambang, juga termasuk kurang­nya fa­silitas umum yang mendo­rong ke­giatan positif di tengah ma­sya­rakat. Hal ini mem­buat ma­syarakat tak nya­man lagi de­ngan lingkungan tempat ting­galnya.
Agar kehidupan sosial ma­sya­rakat sehat, lanjut Bambang, per­lu di­dukung lingkungan yang sehat.

“Masyarakat Jakarta sekarang cenderung hidup dalam ling­ku­ngan yang kurang sehat secara so­sial. Secara tidak langsung, ini membentuk masyarakat menjadi bermasalah secara sosial. Jadi tingginya angka statistik tawur­an antar warga di Jakarta bisa di­maklumi,” jelasnya

Seperti diketahui, kasus tawu­ran antar warga yang terjadi ak­hir-akhir ini menjadi per­ma­sa­lahan serius bagi Pemerintah Pro­vinsi (Pemrov) DKI Jakarta ber­sama Polda Metro Jaya. Dalam tujuh bulan terakhir, sebanyak 20 kasus tawuran terjadi di ibukota. Yang terbaru, bulan ini terjadi dua kasus. Satu kasus di Johar Baru, Jakarta Pusat dan satu ka­sus lagi di Pasar Rum­put, Mang­garai, Ja­karta Selatan.

Penataan kota serta peruntukan wilayah di Jakarta, masih me­nu­rut Bambang, sudah tidak jelas lagi. Wilayah yang seharus­nya menjadi tempat permukiman, mes­tinya tidak sekaligus dija­dikan tempat kegiatan per­eko­nomian seperti gedung-gedung perkantoran.
“Di wilayah yang tata ruang yang kacau seperti Jakarta, sulit membentuk pola kehidupan so­sial yang ideal. Perlu interaksi antar masyarakat yang baik, ko­munikasi serta kegiatan-ke­giatan lain yang positif,” ujarnya.

Perlu ada tindakan nyata dari Pemprov DKI Jakarta untuk menata lingkungan sosial, lanjut Bambang. Dia menyarankan pemprov memperbaiki ling­ku­ngan tempat tinggal masya­rakat menjadi lebih baik.

Apalagi, nilainya, gaya hidup masyarakat Jakarta yang ber­kem­­­bang sekarang mengarah ke sikap individualistis. Antar mas­yarakat cenderung acuh. Komu­nikasi ter­jalin kurang baik, se­hingga sering terjadi kesalah­pahaman yang bisa menjadi kon­flik sosial.

Bambang menyarankan agar pemprov lebih banyak membuat tempat-tempat publik seperti ta­man dan lapangan umum. Selain baik untuk lingkungan hidup, tempat-tempat ini juga bisa men­jadi tempat berinteraksi antar mas­yarakat. “Dengan demikian, masyarakat punya tempat menya­lurkan ke­giatan ke hal-hal yang positif,” jelasnya.

0 komentar:

Posting Komentar